Beda Pacaran Dengan Taaruf
Pertanyaan:
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Ana pernah dengar kalau nikah islami itu tanpa “pacaran”, akan tetapi
menurut ana yang dangkal ini, bagaimana bisa seseorang menikah jika si fulan
tidak “mengenal” terlebih dahulu pasangannya? Bagaimana jadinya jika sewaktu
dalam perjalanan bahtera rumah tangga si fulan tahu kekurangan dan kelemahan pasangannya
dan kemudian berpengaruh besar terhadap kehidupan rumah tangganya? Yang menjadi
bahan pertanyaan ana adalah:
1. Apakah benar 100%
dalam nikah islam itu tanpa didahului dengan ta‘aruf, jika ada, apa macamnya
dan bagaimana caranya? 2. Sebenarnya apa sih definisi “pacaran” itu
sampai-sampai menjadikan penasaran bagi orang awam seperti saya yang notabene
ingin menjadi seorang islam yang sejati tetapi masih dangkal terlepas dari sisi
negatif “pacaran”? 3. Apakah boleh kita mensyaratkan pasangan sampai sedetail-detailnya
demi terjaganya dan kenyamanan batin baik rumah tangga maupun pribadi, kan
rosullullah menjual dagangannya dengan menyebutkan kelemahannya sehingg BELIAU
dijuluki “Al Amin” dan apakah “mensyaratkan” itu dibilang terlalu duniawi? Atas
jawabannya ana ucapakan jazakumullah khoiran katsira. Wassalam.
Jawaban:
Wa'alaikumsalaam warahmatullahi wabarakaatuh. Istilah pacaran sebenarnya tidak ada batasan bakunya, namun umumnya yang
namanya pacaran itu – apalagi di zaman permisif dan hedonis sekarang ini –
tidak lain adalah hubungan lain jenis non mahram dengan segala aktifitas
maksiatnya dari khalwat, zina mata, zina telinga dan sampai zina kemaluan.
Bahkan beberapa
penelitian di berbagai tempat seperti di Yogyakarta beberapa waktu lalu
menyebutkan bahwa sebagian besar pasangan pacaran itu memang telah melakukan
hubungan tidak senonoh mulai dari bercumbu, berpelukan, berciuman sampai
persetubuhan. Parahnya, semua itu umumnya dilakukan oleh para mahasiswa yang
notabene terpelajar dan calon pemimpin bangsa. Jadi hampir bisa dikatakan bahwa
pacaran itu tidak lain adalah zina atau minimal mendekati wilayah zina yang
memang haram dan dilarang oleh semua agama.
Sedangkan taaruf
justru sangat berbeda dengan pacaran. Ta‘aruf adalah sesuatu yang syar‘i dan
memang diperintahkan oleh Rasulullah SAW bagi pasangan yang ingin nikah.
Perbedaan hakiki antara pacaran dengan taaruf adalah dari segi tujuan dan
manfaat. Pacaran tujuannya lebih kepada kenikmatan sesaat, zina dan maksiat.
Sedang taaruf jelas sekali tujuannya yaitu untuk mengetahui kriteria calon
pasangan. Dalam pacaran, mengenal dan mengetahui hal-hal tertentu calon
pasangan dilakukan dengan cara yang sama sekali tidak memenuhi kriteria sebuah
pengenalan. Ibarat seorang yang ingin membeli mobil second tapi tidak melakukan
pemeriksaan, dia Cuma memegang atau mengelus mobil itu tanpa pernah tahu
kondisi mesinnya. Bahkan dia tidak menyalakan mesin atau membuka kap mesinnya.
Bagaimmana mungkin dia bisa tahu kelemahan dan kelebihan mobil itu. Sedangkan
taaruf adalah seperti seorang montir mobil ahli yang memeriksa mesin, sistem
kemudi, sistem rem, sistem lampu dan elektrik, roda dan sebagainya. Bila
ternyata cocok, maka barulah dia melakukan tawar menawar.
Ketika taaruf,
seseorang baik pihak laki atau wanita berhak untuk bertanya yang mendetail,
seperti tentang penyakit, kebiasaan buruk dan baik, sifat dan lainnya. Kedua
belah pihak harus jujur dalam menyampaikannya. Karena bila tidak jujur, bisa
berakibat fatal nantinya. Namun secara teknis, untuk melakukan pengecekan,
calon pembeli tidak pernah boleh untuk membawa pergi mobil itu sendiri.
Silahkan periksa dengan baik dan kalau tertarik, mari bicara harga. Dalam upaya
taaruf dengan calon pasangan, pihak laki dan wanita dipersilahkan menanyakan
apa saja yang kira-kira terkait dengan kepentingan masing-masing nanti selama
mengarungi kehidupan. Tapi tentu saja semua itu harus dilakukan dengan adab dan
etikanya. Tidak boleh dilakukan cuma berdua saja. Harus ada yang mendampingi
dan yang utama adalah wali atau keluarganya, bukan guru atau ustadznya.
Jadi ta‘aruf bukanlah
bermesraan berdua, tapi lebih kepada pembicaraan yang bersifat realistis untuk
mempersiapkan sebuah perjalanan panjang berdua. Disinilah letak perbedaan
antara pacaran dengan taaruf. Pacaran adalah jalan-jalan asyik berdua, jajan,
nonton, bermesraan dan bercumbu. Sama sekali tidak ada porsi tentang persiapan
real untuk hidup. Bahkan pacaran cenderung bohong dan menipu, karena umumnya
masing-masing pihak ingin tampil wah di depan pasangannya. Bedak, gincu,
parfum, pakaian bagus, mobil dan segala asesoris lainnya adalah sesuatu yang
ditonjolkan. Semua sangat jauh dari kehidupan real nanti dalam keluarga.
Padahal setelah menikah, justru semua itu akan ditinggalkan dan masing-masing
baru akan tampil dengan wajah dan kelakuan aslinya. Padahal dahulu hal-hal
seperti itu tidak pernah dibahas dalam masa pacaran, karena semua waktunya
tersita untuk jatuh cinta.
Wallahu A‘lam
Bish-Showab, Wassalamu ‘Alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh.
(syariahonline.com)
assalamu'alaikum..
BalasHapusizin share. syukran
Wa'alaikummussalaam warahmatullah... silahkan...
Hapus